SMAN 1, 5, dan 8 Pekanbaru Paling Diminati di PPDB 2025
SMAN 1, 5, dan 8 Pekanbaru jadi incaran utama PPDB Online 2025. Dinas Pendidikan Riau kaji sekolah unggulan, kuota terbatas jadi tantangan utama.

TOPIKPUBLIK.COM – PEKANBARU — Tiga sekolah menengah atas negeri di Pekanbaru yakni SMAN 1, SMAN 5, dan SMAN 8 kembali menjadi primadona dalam Penerimaan Murid Baru (PMB) Online tahun ajaran 2025/2026. Sejak dibukanya pendaftaran online pada Selasa, 24 Juni 2025, ketiga sekolah tersebut tercatat paling banyak diminati calon peserta didik baru.
Proses unggah dan verifikasi berkas bagi peserta PMB Online masih berlangsung dan dijadwalkan akan berakhir pada Sabtu, 29 Juni 2025.
“Seperti tahun-tahun sebelumnya, SMAN 1, SMAN 5, dan SMAN 8 Pekanbaru tetap menjadi sekolah tujuan utama para calon siswa. Sejak PMB online resmi dibuka pada 24 Juni lalu, peminat ketiga sekolah ini tercatat mendominasi,” ungkap Kepala Bidang SMA Dinas Pendidikan Provinsi Riau, Asrol Kamal, M.Pd, dalam keterangannya di Pekanbaru, Kamis (26/6/2025).
Asrol menjelaskan, tingginya animo masyarakat terhadap sekolah-sekolah favorit tersebut disebabkan reputasi dan kualitas akademik yang telah terbukti unggul. Namun, keterbatasan daya tampung menjadi tantangan tersendiri dalam proses seleksi.
“Setiap rombongan belajar hanya boleh menampung maksimal 36 siswa sesuai regulasi, dan penambahan kelas tidak dimungkinkan karena keterbatasan lahan di lingkungan sekolah. Hal ini tentu menyebabkan banyak peserta tidak dapat diterima meskipun memiliki minat tinggi,” terangnya.
Atas kondisi tersebut, Dinas Pendidikan Riau tengah mengkaji kemungkinan penetapan status sekolah unggulan bagi SMAN 1 dan SMAN 8, seperti halnya status yang telah disematkan kepada SMA Plus dan SMA Olahraga Provinsi Riau.
“Dengan status sekolah unggulan, seleksi akan lebih terfokus kepada peserta didik berprestasi dan unggul secara akademik maupun non-akademik. Harapannya, pada PMB tahun depan kebijakan ini sudah bisa diterapkan,” kata Asrol penuh harap.
Asrol juga mengimbau para orang tua agar tidak memaksakan anaknya masuk ke sekolah-sekolah favorit semata, mengingat seluruh SMA negeri memiliki standar pendidikan yang ditujukan untuk menyiapkan siswa melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi.
“Perlu dipahami bahwa SMA adalah jembatan pendidikan yang setara dalam mempersiapkan anak menuju dunia akademik lanjutan. Jadi, tak perlu memaksakan diri harus ke sekolah favorit. Semua sekolah memiliki potensi yang sama jika dimanfaatkan dengan sungguh-sungguh,” tegasnya.
Terkait mekanisme PMB, Asrol menjelaskan terdapat empat jalur seleksi yang bisa diikuti, yakni Jalur Zonasi Domisili, Jalur Afirmasi (untuk siswa dari keluarga ekonomi kurang mampu dan penyandang disabilitas), Jalur Perpindahan Orang Tua/Wali, serta Jalur Prestasi.
“Dari keempat jalur itu, jalur domisili dan prestasi tetap menjadi yang paling banyak digunakan. Untuk jalur afirmasi, persyaratan memang lebih ketat sehingga mungkin menjadi pertimbangan sebagian orang tua,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa jalur prestasi non-akademik harus dibuktikan dengan pencapaian yang terstruktur mulai dari tingkat kabupaten/kota, provinsi, hingga nasional. Khusus untuk jalur Tahfiz, sertifikat peserta harus mendapat pengakuan dari Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur'an (LPTQ).
Sementara untuk jalur domisili, Asrol menekankan pentingnya pemahaman masyarakat terkait aspek penilaian akademik. Meskipun tinggal di sekitar sekolah, calon siswa tetap harus memenuhi standar nilai akademik yang ditetapkan oleh masing-masing sekolah.
“Jangan salah paham ketika melihat siswa dari luar zona diterima lebih dulu, karena mungkin nilai akademiknya lebih tinggi. Posisi geografis bukan satu-satunya penentu kelulusan, melainkan juga capaian akademik,” pungkasnya.